ORTHOKERATOLOGY, SALAH SATU SOLUSI MATA MINUS ANAK TANPA OPERASI

ORTHOKERATOLOGY, SALAH SATU SOLUSI MATA MINUS ANAK TANPA OPERASI

Prevalensi mata minus atau miopia pada anak di dunia konsisten meningkat. Di Hongkong ada 30% anak kala berusia 6-7 th. mengalami mata minus; kala berusia 10-11 th. ada sebanyak 60% mengalami mata minus; dan kala berusia 16-17 th. sebanyak 74% mengalami mata minus. Dan ternyata peningkatan prevalensi anak bersama dengan mata minus terhitung meningkat di Indonesia. Ketua Contact Lens Service Jakarta Eye Center (JEC) Dr. dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE., bercerita berdasarkan survei yang dijalankan di Jakarta dan Tangerang ternyata 52.78% anak di lokasi urban mengalami mata minus. Bahkan, survei yang dijalankan Dr. Tri bersama dengan tim dokter mata di Indonesia ini terhitung menemukan fakta, masalah mata minus pada anak kelas 6 SD di Tangerang raih 20.24%. Sedangkan di Jakarta, ada sebanyak 35% anak SMP yang mengalami mata minus.

Penggunaan Kacamata Sering Membuat Anak Tidak Percaya Diri

Secara sederhana Dr. Tri lantas menyatakan mata minus bisa berlangsung karena lihat objek amat dekat. “Contohnya layaknya bermain gawai atau melihat televisi amat dekat, memicu pembiasan atau refraksi mata jatuh di depan retina. Jika dijalankan didalam kala lama secara konsisten menerus, maka kornea mata jadi cembung dan penglihatan kabur disaat lihat objek yang jauh,” paparnya seraya menyatakan rutinitas bermain gadget amat sering, tambah mempercepat terjadinya rabun jauh atau mata minus. Selama ini solusinya hanyalah menggunakan kacamata. Tapi tidak jarang anak tidak betah berlama-lama kenakan kacamata karena alasan kenyamanan dan juga penampilan.  Apalagi, sambung Dr. Tri, anak-anak zaman saat ini amat memerhatikan penampilan. “Anak-anak yang berkacamata, karena diakui berbeda, sering jadi korban perusakan atau bully oleh teman-temannya. Akhirnya mereka jadi malas berkacamata. “Padahal ini penting, bukan cuma untuk menunjang penglihatan mereka tapi terhitung agar terhindar dari berbagai risiko komplikasi terapi ortho k .”

Mata minus yang tidak ditangani secara terus menerus berisiko untuk memicu terjadinya berbagai komplikasi menjadi dari katarak, glukoma, apalagi sampai retinal detachment atau retina mata lepas. “Karena kornea mata jadi cembung maka panjang bola mata pun tambah membesar. Ibaratnya ini layaknya di-stretching konsisten menerus.”  Kondisi ini, sambung Dr. Tri, memicu kompartemen bola mata jadi lebih luas dan retina mata tambah tipis karena konsisten menerus meregang. Retina mata yang menipis berpotensi untuk terjadinya lubang atau celah yang berujung pada lepasnya retina mata. Karena itu jangan anggap remeh masalah mata minus. 

Teknologi Terbaru Mengoreksi Mata Minus Tanpa Operasi

“Sekarang kita miliki teknologi lensa kontak paling baru untuk mengatasi mata minus tanpa operasi. Bahkan kita sudah mengaplikasikannya pada anak-anak karena aman,” ucap Dr. Tri antusias seraya bercerita pasien termuda yang dulu ditangani bersama dengan teknologi paling baru ini, adalah berusia 5 tahun. Teknologi apakah itu? “Ortokeratologi atau kita menyebutnya bersama dengan Ortho-K,” jawab Dr. Tri. Ortokeratologi adalah prosedur pemanfaatan lensa kontak yang didesain khusus untuk mengoreksi dan juga menghindar penambahan minus pada penggunanya. Betul sekali, teknologi ini mengandalkan lensa kontak khusus yang dipakai anak yang bermata minus selama malam kala tidur. “Jadi disaat bangun tidur, anak bisa lihat bersama dengan paham dan juga beraktivitas tanpa wajib kenakan kacamata selama hari,” ucap Dr. Tri.

Adapun wujud dari lensa kontak ortokeratologi adalah anggota tengahnya datar dan ‘mancung’ pada anggota pinggir. Ini kebalikan dari lensa kontak biasa yang cembung di anggota sedang dan juga datar di segi pinggir. Lensa kontak ortokeratologi bekerja bersama dengan cara mendatarkan permukaan kornea. Jadi pada kala mata terpejam, lensa Ortho-K bakal menghimpit kornea mata agar bisa kembali datar layaknya wujud semula. “Kornea mata kita itu sesungguhnya amat elastis jadi amat bisa untuk didatarkan. Cara kerjanya hampir sama bersama dengan lasik cuma saja ini tanpa operasi,” tegas Dr. Tri. Adapun model lensa kontak Ortho-K yang digunakan Dr. Tri di JEC adalah Menicon-Z yang sudah disetujui oleh FDA safe untuk dipakai secara konsisten menerus selama 30 hari karena tingkat oksigenasinya tinggi. Sehingga tidak bakal memicu iritasi mata meski dipakai kala tidur.

Ortokeratologi bisa mengatasi masalah refraksi mata sampai minus 6, tanpa atau bersama dengan silinder sampai 2,5. Mengapa cuma sampai minus 6? “Karena sesungguhnya ada keterbatasan untuk mendatarkan kornea.” Meski begitu, ortokeratologi selalu bisa diaplikasikan pada anak bermata minus yang tinggi. “Pada mata minus 10 misalnya, bisa ditekan sampai 6. Lalu sisanya dikoreksi bersama dengan kacamata atau lensa di siang hari.” Dr. Tri lantas bercerita pasiennya yang berusia 5 th. amat nyaman menggunakan ortokeratologi. “Dia bisa memasang dan juga melewatkan lensa kontaknya sendiri, tapi pasti bersama dengan pengawasan orang tua.” Prosedurnya dimulai bersama dengan pengecekan mata, pengukuran kelengkungan kornea, bola mata sampai pemilihan ukuran lensa yang sesuai. Adapun sepasang lensa kontak ortokeratologi ini dibanderol seharga 17 juta rupiah, sudah terhitung biaya 5 kali konsultasi bersama dengan dokter spesialis mata. Saat menjadi kenakan lensa wajib dijalankan pengecekan reguler yaitu, sehari setelah pemakaian, seminggu setelah pemakaian. “Lalu 3 minggu setelah pemakaian, lantas berlanjut 2 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan setelah pemakaian.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Rayap Tanah Kunig (Eastern Subterranean Termites)

Kunci untuk Perjalanan Bebas Stres Saat Menyewa Mobil di Jakarta

Hemat dan Nikmati Berbagai Manfaat dengan Voucher Alfamart Gratis